Tentang Gatotkaca


Kali ini aku ingin cerita tentang GATOT KACA
Pasti tahu kan Gatotkaca ? ya ia adalah ksatria dari kerajaan Pringgodani,
Anak dari salah satu tokoh pandawa yaitu Bima atau dikenal juga dengan nama Warkudara.
Waktu kecil Gatotkaca di masukkan dalam kawah Chandradimuka yang menjadikannya seorang ksatria yang gagah perkasa dan sakti mandra guna dengan otot kawat dan tulang besi. Ksatria yang pilih tanding dan sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya.
Tapi Gatotkacapun bukan seorang yang tidak bisa dikalahkan. Tahu bagaimana Gatotkaca mati ?
Gatotkaca mati dalam perang besar Baratayuda. Dia menjadi martir untuk membela kepentingan yang lebih besar, demi kemenangan bangsa dan negaranya.
Konon di kubu Kurawa terdapat seorang ksatria yang sangat sakti. Dia masih bersaudara juga dengan para Pandawa. Namanya Prabu Karna, dia memiliki satu senjata pamungkas yang sangat berbahaya. Tidak ada satupun senjata atau orang di dunia ini yang dapat mengalahkan senjata dari Prabu Karna. Namun senjata itu hanya bisa digunakan sekali saja dan tidak bisa digunakan lagi setelahnya. Selama Prabu Karna masih memiliki senjata itu maka posisi Pandawa masih dalam bahaya karena bisa saja dia mengalahkan tokoh inti Pandawa.
Berdasarkan hasil analisis dan persetujuan para Pandawa, maka dianggap perlu untuk mengutus seseorang yang akan digunakan untuk memancing agar Prabu Karna mengeluarkan Senjata Pamungkasnya. Harapannya setelah senjata pamungkas itu keluar maka Prabu Karna akan dengan mudah dikalahkan. Namun resikonya sangatlah besar. Orang yang terkena Senjata Pamungkas itu pasti akan mati karena tidak ada satupun senjata yang dapat digunakan sebagai penangkalnya.
Gatotkaca sebagai seorang ksatria merasa terpanggil. Demi kajayaan dan kemenangan Pandawa dia bersedia maju sebagai martir, walaupun dengan resiko kematian. Dengan kesepakatan para Pandawa Gatotkaca pun di utus untuk melaksanakan tugas maha berat ini.
Saat yang ditentukan telah tiba. Gatotkaca menantang Prabu Karna di tengah berkacamuknya perang Baratayuda. Awalnya Prabu Karna tidak menggubris tantangannya. Dia merasa tidak ada untungnya meladeni tantangan dari bocah kemarin sore. Secara silsilah Keluarga Gatotkaca memang masih keponakan dari Prabu Karna. Dia tidak mengindahkan tantangan dari Gatotkaca yang di telingaya terdengar seperti rengekan anak kecil yang meminta kembang gula ke orangtuanya. Prabu Karna tetap asyik dalam perangnya sendiri.
“Paman Prabu Karna, kemarilah. Ini keponakanmu Gatotkaca ingin menjajal kekuatanmu”. “Banyak orang bilang bahwa paman adalah ksatria pilih tanding dan tidak terkalahkan, tapi apakah kau bisa mengalahkan aku Gatotkaca, ksatria dari pringgadani. Otot kawat dan tulang besi ku sangat penasaran ingin menjajal kesaktianmu”, Gatotkaca coba memancing.
“Pulanglah anakku, aku tidak ada urusan denganmu, lagipula aku tidak ada waktu untuk bermain-main denganmu”, ucap Prabu Karna menanggapi sesumbar Gatotkaca.
Mendengar “rengekan” dari Gatotkaca yang semakin memerahkan telinga akhirnya Prabu Karna tidak tahan juga. Akhirnya dia meladeni permintaan Gatotkaca untuk berduel. Karena kedua ksatira itu memang sangat sakti, duel itupun berlangsung seru. Saling serang dengan jurus-jurus andalan berlangsung silih berganti. Jurus dan senjata dari Prabu Karna dengan mudah dipatahkan oleh Gatotkaca, yang memang sangat Sakti. Demikian juga serangan berbagai ajian dari Gatotkaca bisa dipatahkan dengan mudah oleh Prabu Karna.
Ditengah-tengah duel Gatotkaca tidak henti-hentinya meracau mengumbar sindiran-sindiran kepada Prabu Krana. “Ah ternyata Cuma ini kesaktian dari Prabu Karna yang terkenal itu. Aku seperti sedang bermain dengan anak bayi. Tidak adakah jurus dan senjata yang lebih berbahaya yang bisa menembus jantungku ?, bahkan senjatamu sama sekali tidak bisa menggores kulit ku, mana kesaktianmu yang lainnya,” Gatotkaca coba memancing.
Prabu Karna berusaha untuk tidak terpancing. Dia masih merasa belum perlu terlalu serius meladeni permintaan “bermain-main” dengan keponakannya itu. Diapun hanya meladeni serangan-serangan dari Gatotkaca dengan sekedarnya saja.
Semakin lama serangan dari Gatotkaca semakin membuat Prabu Karna terdesak. Dia baru sadar bahwa keponakannya memang ksatria yang tidak bisa dianggap remeh. Berkali-kali serangan dari Gatotkaca nyaris membahayakan dirinya. Demikian juga mulut Gatotkaca tidak henti-hentinya ‘nyerocos’ memerahkan telinga. Selanjutnya pertarungan semakin seru. Kedua ksatria itu pun semakin serius menghadapai lawan. Jurus dan senjata yang semula hanya alakadarnya meningkat ke jurus-jurus dan senjata yang lebih mematikan. Terlebih lagi Gatotkaca pandai memprovokasi musuhnya itu dengan kata-kata yang pedas.
“Tidak ada lagi kah senjata yang kau punya paman Prabu ? senjata dan jurus-jurus mu itu tidak ada apa-apanya. Mana senjata pamungkasmu yang katanya bisa mengalahkan siapapun dan tidak ada yang dapat menandinginya, keluarkanlah aku ingin merasakannya. Aku sudah lelah bermain dengan mu Paman, aku ingin mengakhirinya dan ingin sekali membunuhmu. Keluarkanlah senjata pamungkasmu sebelum aku membunuhmu”, ujar Gatotkaca terus mencoba memprovokasi mushunya.
Menyadari keadaanya semakin terdesak oleh serangan-serangan dari Gatotkaca, dan di dukung oleh sesumbar Gatotkaca yang memerahkan telinga, Prabu Karna akhirnya tersadar. Dia dihadapkan pada dilema. Dia tidak ingin mati terlalu dini dimana perang masih berlangsung untuk waktu yang masih lama, apalagi mati ditangan keponakannya yang dia nilai masih anak kemarin sore. Disisi lain dia tidak ingin kehilangan senjata pamungkasnya. Perang masih panjang, dan musuh-musuhnya masih berat-berat.
Akhirnya terdorong untuk memenangi duel dengan Gatotkaca, dikeluarkanlah senjata pamungkasnya. Gatotkaca sudah menyadari hal itu dan sudah siap merasakan terjangan dari senjata pamungkas Prabu Karna yang tidak terkalahkan itu. Senjata itu melesat menerjang tubuh Gatotkaca. Sekuat daya dan upaya Gatotkca mengeluarkan semua kesaktiannya untuk menangkal senjata itu. Akan tetapi benar adanya, bahwa senjata itu memang tidak terkalahkan. Senjata itu menembus merobek dada dan menghancurkan jantung sang Gatotkaca. Ksatria Pringgadani itupun gugur dalam tugasnya.
Namun kematian dari Gatotkaca tidak sia-sia. Prabu Karna yang sangat sakti itu harus kehilangan senjata pamungkasnya. Kini dia tidak lagi memiliki senjata yang sangat diandalkan untuk memenangi perang Baratayuda yang masih panjang dan seolah tidak berujung. Dengan hilangnya senjata pamungkas Prabu Karna itu, maka dia akan dengan mudah dikalahkan oleh Ksatria-ksatria dari Pandawa.
Gatotkaca gugur, namun kematianya untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu untuk kemenangan dan kejayaan Bangsanya.
Siapa yang kemudian berhasil membunuh Prabu Karna ? nanti dulu, aku buka kamus dulu. Tunggu Posting Edisi selanjutnya. Tetap stay tune di http://www.matrix-boy.blogspot.com/. OK !
Posted on 9:26 AM by matrix_boy and filed under | 0 Comments »

0 comments:

elvis presley blue suede shoes color

Amazon Affiliates