Inspirational Heroes - Gajahmada # 2



Mengabdi kepada negara tanpa pamrih demi kebesaran dan kejayaan Majapahit, itulah Gajahmada. Dia rela berjibaku bersimbah peluh dan bertaruh nyawa dalam menyelamatkan Jayanegara dari Keserakahan Rakuti. Dia memimpikan Majapahit yang besar dan disegani semua negara didunia. Semangatnya itulah yang mendorong dia mengeluarkan sumpah pada saat dia diangkat menjadi Mahapatih di Kerajaan Majapahit.

“lamun huwus kalah nusantara, ingsun hamukti palapa. Lamun kalah ring gurun, ring seram, ring tanjungpura, ring haru, ring pahang, ring dompo, ring bali, ring sunda, ring palembang, ring tumasek, samana ingsun hamukti palapa”, begitulah kira-kira bunyi sumpah palapa yang dikumandangkan oleh Gajahmada <> kurang lebih mempunyai arti : “ bila sudah kalah nusantara, barulah aku beristirahat. Bila sudah kalah di gurun, seram, tanjungpura, haru, pahang, dompo, bali, sunda, palembang, tumasek, barulah aku akan beristirahat”.
Semangat itu didasari keinginan untuk membentuk sebuah kekuatan yang bisa melindungi Majapahit dari jajahan bangsa-bangsa tartar atau bangsa mongol yang kekuasaanya dan kekuatanya pada waktu itu memang sedang merajalela. Pada masa itu memang bangsa mongol sedang melebarkan kekuasaan ke wilayah nusantara bahkan sampai ke daratan timur tengah. Untuk menandingi kekuatan tentara tar-tar Gajahmada berkeinginan mengajak seluruh bangsa-bangsa di wilayah nusantara untuk bergabung dalam satu bendera yaitu bendera Majapahit. Dengan bersatunya kekuatan di nusantara dia yakin bahwa invasi bangsa mongol dapat di halau.
Dihimpunlah semua kekuatan di Majapahit. Bala tentara Majapahit pun diperkuat. Bukan hanya kekuatan di darat, tapi juga membentuk armada laut yang tangguh. Kerajaan-kerajaan di nusantara diajak bergabung. Kalau bisa diajak dengan cara halus itu lebih baik, kalau tidak Gajahmada tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer yang ada untuk menggempur kerajaan itu. Gajahmada menganggap bahwa nusantara akan menjadi kuat apabila berada di bawah satu komando, yaitu dibawah bendera Majapahit. Semakin lama kekuatan Majapahit semakin besar, sehingga nyaris tidak ada satu kerajaan pun dinusantara yang sanggup menandingi kekuatan Majapahit.
Waktu pun berlalu. Majapahit sekarang dipimpin oleh seorang Raja Muda yang bergelar Prabu Hayam Wuruk. Dibawah kekuasaan Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajahmada kebesaran Majapahit semakin nyata. Majapahit berubah menjadi kerajaan besar dengan wilayah yang meliputi seluruh wilayah nusantara. Dari tanah melayu, sumatra, tumasek yang sekarang bernama singapura sampai tanah sumbawa dan papua. Bahkan wilayah Majapahit sampai ke daerah selatan filipina sekarang. Akan tetapi negara bawahan tersebut tidaklah diperlakukan seperti halnya negara-negara jajahan. Demikian pula Raja dari kerajaan-kerajaan itu. Mereka tidak diperlakukan sebagai tawanan perang akan tetapi tetap diberi kewenangan untuk memimpin wilayahnya, tetapi masih dibawah kepemimpinan dan satu komando dari Majapahit. Begitu luasnya kekuasaan Majapahit hingga pada suatu ketika ....
Hayam Wuruk seorang Raja Muda yang tampan dan gagah, banyak sekali wanita yang jatuh hati kepadanya. Namun sang Raja belum juga menemukan tambatan hati. Berkali-kali putri-putri keraton dari kerajaan bawahan Majapahit diperkenalkan, akan tetapi belum juga ada yang dapat meluluhkan hatinya. Hingga pada suatu hari terdengar kabar bahwa di wilayah Kerajaan Sunda Galuh mempunyai seorang putri yang sangat cantik jelita bernama Dyah Pitaloka Citraresmi.
Secara kebetulan Gajahmada merasa kurang nyaman dengan keadaan dan posisi kerajaan Sunda Galuh. Seluruh wilayah nusantara sudah bergabung di bawah bendera Majapahit, akan tetapi Sunda Galuh yang berada justru di jarak paling dekat dengan Majapahit apalagi masih dalam pulau jawa tetap berdiri sendiri sebagai sebuah kerajaan yang terpisah dari Majapahit. Gajahmada merasa jerih payahnya selama ini belum tuntas apabila Sunda galuh masih belum menyatu dengan Majapahit.
Kedua situasi diatas akhirnya dimanfaatkan. Hayam Wuruk akan dikawinkan dengan Dyah Pitaloka Citraresmi sehingga dengan sendirinya kedua kerajaan ini akan menyatu seiring dengan menyatunya kedua insan itu.
Tujuannya sama, akan tetapi jalan yang ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan itu bisa saja berbeda. Demikian juga yang terjadi di Majapahit waktu itu. Kelompok haluan “moderat” beranggapan biarkanlah Hayam Wuruk dikawinkan dengan Dyah Citraresmi dengan cara yang wajar-wajar saja, toh dengan menyatunya kedua insan itu secara langsung maupun tidak langsung maka kedua kerajaan yaitu Majapahit dan Sunda Galuh akan menjadi satu. Sementara kelompok “haluan keras” termasuk Gajahmada beranggapan bahwa Dyah Pitaloka Citraresmi haruslah diberlakukan sebagai putri persembahan untuk Prabu Hayam Wuruk dan Sunda Galuh harus menyatakan diri tunduk dan bergabung di bawah Majapahit. Apabila syarat ini tidak disetujui maka Majapahit akan mengerahkan pasukannya untuk menggempur Sunda Galuh. Gajahmada mungkin lupa atau mungkin tidak menghiraukan bahwa antar keluarga kerajaan Majapahit dan Sunda Galuh masih terikat hubungan kekerabatan. Hal itu lah yang selama ini menjadikan Keluarga Kerajaan Majapahit selalu menolak dan tidak memberikan ijin setiap kali Gajahmada mengajukan keinginan untuk menggempur Sunda Galuh. Gajahmada berpendapat bahwa sudah sewajarnya Sunda Galuh bergabung dengan Majapahit karena posisi Sunda Galuh selama ini sudah diuntungkan dengan semakin kuatnya Kerajaan Majapahit. Sunda Galuh tidak usah repot-repot menyiagakan armadanya untuk mengamankan wilayah lautnya, karena secara tidak langsung wilayah laut Sunda yang berada di dalam wilayah laut Majapahit sudah ikut diamankan oleh armada laut Majapahit, demikian juga dengan lalu lintas perdagangan lautnya. Seharusnya Sunda berterima kasih kepada Majapahit dan sudah selayaknya dengan sukarela menggabungkan diri dengan Majapahit.
Sementara pihak keluarga kerajaan memiliki sifat yang moderat. antara Sunda dan Majapahit masih terjalin ikatan kekeluargaan dari leluhur mereka, sehingga penyatuan dua kerajaan bisa ditempuh lewat jalan yang lebih elegan dan jauh dari tindakan kekerasan yang dapat mengakibatkan pertumpahan darah. Dikirimlah rombongan utusan untuk melamar Putri Diah Pitaloka Citaresmi sekaligus membawanya ke Majapahit untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Disini mungkin sudah muncul sedikit ketidak wajaran karena biasanya pihak keluarga mempelai laki-lakilah yang mendatangi keluarga mempelai perempuan dan melangsukan pernikahan di tempat keluarga mempelai perempuan, untuk selanjutnya memboyong sang pengantin perempuan setelah pernikahan itu dilaksanakan, bukan sebaliknya membawa mempelai perempuan dan dinikahkan di tempat mempelai laki-laki.
--- ------ -------- ---------- ------------
---------- -------------------- -------------------- end of Gajahmada episode #2
-------------------------------- ---------------------- tobe continued ----------------
Posted on 10:02 AM by matrix_boy and filed under | 0 Comments »

0 comments:

elvis presley blue suede shoes color

Amazon Affiliates