Inspirational Heroes - Gajahmada #3

Gajahmada # 3

Siapa dan dari mana Gajahmada berasal memang masih jadi misteri sampai sekarang. Tidak yang tahu pasti darimana asal-usulnya, sedemikian pula misteriusnya bagaimana dan kemana Gajahmada setelah tidak lagi menjabat Patih di Majapahit.

Demikian ..... Hayam Wuruk yang sudah terpanah asmara jatuh hati dengan Putri Diyah Pitaloka Citraresmi dari Sunda Galuh. Sedemikian mempesonanya sehingga konon utusan dari Majapahit yang ditugasi melukis wajah sang Putri sampai tidak memiliki daya untuk menuangkan kecantikan Putri Sunda itu kedalam lukisannya. Dikirimkanlah utusan dari Majapahit untuk memboyong Putri Sunda ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan di Majapahit. Ikut pula dalam rombongan dari Sunda itu Raja Sunda dan permaisurinya beserta beberapa pengikutnya. Di Majapahit sendiri disiapkanlah penyambutan dan persiapan acara pernikahan sang Raja.

Gajahmada sendiri tidak ikut dalam rombongan penjemput. Dia memilih untuk tinggal di Majapahit. Mungkin hal ini juga kebijakan dari keluarga Raja yang tidak ingin Gajahmada yang sedang dimabuk kemenangan perangnya mengacaukan niat baik ini.

Sampailah rombongan dari kerajaan Sunda Galuh di Majapahit melalui jalur laut dan turun di pelabuhan Ujung yang sekarang berubah menjadi kota Surabaya. Sesampai di pelabuhan rombongan meneruskan dengan menempuh perjalanan darat. Rombongan dibiarkan berjalan sendiri tanpa pengawalan karena regu penjemput yang dipimpin panglima armada laut saat itu diberi tugas untuk kembali berpatroli menyisir wilayah laut Majapahit. Konon beredar isu yang dihembuskan beberapa pihak bahwa rombongan dari Sunda akan terlambat datang, sehingga hal inilah yang mengakibatkan tidak adanya persiapan dan penyambutan dari Kerajaan Majapahit. Rombongan kemudian berhenti di sebuah tanah lapang yang bernama lapangan bubat. Raja dari Sunda Galuh kemudian mengirimkan utusannya untuk mengabarkan kedatangan mereka kepada Pejabat Majapahit.

Utusan Raja Sunda Galuh ini kemudian diterima oleh Gajahmada. Disini kembali Gajahmada menegaskan keinginannya agar Sunda Galuh menyatakan diri dengan sukarela bergabung dengan Majapahit dan memberlakukan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi sebagai persembahan bagi Hayam Wuruk, kalau tidak maka akan berhadapan dengan pasukan dari Majapahit. Sebuah keinginan yang mungkin tidak sejalan dengan keinginan Hayam Wuruk sendiri yang berkeinginan mempersunting Dyah Pitaloka dengan cara-cara yang wajar. Betapa marah rombongan dari Sunda Galuh. Mereka merasa harga dirinya diinjak-injak. Mereka tidak terima. Demikian juga sang Putri dia merasa terhina bila hendak dijadikan putri persembahan. Namun Sang Raja Sunda Galuh berusaha menenangkan pengikutnya. Dia mencoba berfikir realistis bahwa sangat sulit menolak kehendak dari Gajahmada yang bukan tidak mungkin akan mengakibatkan kematian bagi para pengikut setianya itu.

Tidak berapa lama pasukan dari Majapahit sudah berada di tepi lapangan bubat dengan senjata lengkap. Mereka siap menunggu perintah dari Gajahmada untuk menggempur rombongan dari Sunda apabila mereka menolak persyaratan yang diajukan oleh Gajahmada. Beberapa tokoh dari Majapahit sudah berusaha menenangkan situasi. Demikian pula Raja Sunda Galuh berusaha menenangkan anak buahnya untuk tidak terpancing emosinya. Situasi yang tidak seimbang ini bisa mengakibatkan rombongan dari Sunda akan mati sia-sia. Mereka tidak siap untuk berperang, karena memang mereka datang untuk acara menikahkan Putri Sunda dengan Hayam Wuruk. Keadaan yang sangat bertolak belakang dengan pasukan dari Majapahit yang dengan persenjataan lengkapnya siap menghancurkan musuh yang ada di depannya.

Situasi kemudian berkembang menjadi diluar kendali. Prajurit-prajurit dari Majapahit yang sudah tidak sabar akhirnya bergerak menggempur rombongan dari Sunda. Sementara rombongan dari Sunda sendiri yang tidak mau harga diri mereka diinjak-injak berusaha sekuat tenaga dengan persenjataan seadanya mempertahankan martabat mereka. Kekuatan yang tidak seimbang pun akhirnya dengan cepat membuat seluruh rombongan dari Sunda tewas terbunuh oleh keberingasan pasukan dari Majapahit dibawah pimpinan Gajahmada. Beberapa pihak dari Majapahit yang berusaha menenangkan pun tidak kuasa mengendalikan situasi yang sedemikian runyam.

Seorang prajurit Majapahit berusaha memberi laporan tentang apa yang terjadi di lapangan bubat kepada Raja. Namun terlambat. Sesampainya di lapangan bubat, Hayam Wuruk tidak bisa mencegah pembantaian itu terjadi. Dia hanya melihat mayat-mayat bergelimpangan di tengah lapangan bubat. Demikian juga sang Putri pujaanya telah berubah menjadi seonggok bangkai kaku tidak bernyawa. Nasi sudah menjadi bubur, pembantaian terlanjur terjadi, banjir darah di bubat. Sebuah peristiwa hitam dalam sejarah Majapahit yang masih dikenang sampai sekarang. Peristiwa yang dilatari ambisi dari seorang Gajahmada untuk menguasai seluruh wilayah nusantara dalam sumpah palapanya yang justru menjadi titik anti klimaks bagi Gajahmada sendiri.

Hayam Wuruk murka, seluruh keluarga Raja Majapahit murka, bahkan seluruh Majapahit murka dan tudingan menunjuk ke satu arah yaitu Gajahmada. Gajahmadalah yang dituding sebagai orang yang paling bertanggung jawab sebagai penyebab terjadinya pembataian keji itu. Setelah melewati persidangan para keluarga Raja maka dikeluarkanlah surat keputusan pemecatan Gajahmada sebagai Mahapatih di Majapahit. Gajahmada terjungkal dari kursi kepatihannya karena termakan oleh ambisi dan sumpahnya sendiri. Akhirnya Gajahmada pergi mengasingkan diri di suatu daerah yang memang sebelumnya sudah diberikan Hayam Wuruk untuk Gajahmada untuk kelak digunakan sebagai tempat peristirahatan Gajahmada setelah pensiun dari jabatannya. Tempat itu kemudian dikenal dengan nama “Madakaripura”. Sebuah tempat di sekitar Probolinggo yang sampai sekarang masih ada dan menjadi tempat wisata karena memang tempat itu sangat indah dengan air terjun dan pemandangan serta hawa pegunungan yang asri.

Sepeninggalan Gajahmada, Majapahit mengalami masalah dengan disintegrasi bangsa. Satu persatu wilayah bawahan berani melepaskan diri. Saat itu Majapahit mengalami kehilangan seorang tokoh pemersatu bangsa, kehilangan sosok yang ditakuti dan disegani sehingga membuat beberapa kerajaan taklukan yang merasa teraniaya berani menunjukan sikapnya dan dengan terang terangan kemudian memisahkan diri dari Majapahit. Mungkin saat pemerintahan Gajahmada mereka takut akan diberangus oleh tentara Majapahit di bawah komando Gajahmada. Namun sekarang tidak ada lagi yang ditakuti sehingga kemudian mereka berani melawan dan memisahkan diri dari Majapahit.

Gajahmada berani bersimbah peluh bertaruh nyawa menyelamatkan Jayanegara dari amukan Rakuti. Dia juga dengan gagahnya menyuarakan persatuan wilayah nusantara dibawah bendera majapahit, bahkan berani membantai rombongan dari kerajaan Sunda Galuh di lapangan bubat. Demi sebuah ambisi mewujudkan Majapahit raya yang besar dan disegani di dunia. Bukan untuk Jayanegara, bukan untuk Raja, bukan untuk dirinya sendiri bukan juga untuk Hayam Wuruk, tapi untuk Majapahit. Untuk negara yang diimpikannya. Untuk sebuah kebesaran Majapahit. Kiranya pepatah tiada gading yang tak retak pantas diberikan kepada Gajahmada. Dengan cukup sempurna dia membangun sebuah kerajaan besar dan kuat bernama Majapahit. Namun ambisi itu justru mendorongnya untuk bertindak melebihi yang seharusnya. Membuat Hayam Wuruk sendiri murka dan kemudian menyingkirkannya. Sumpahnya belum sepenuhnya terlaksana hingga sampai pada akhir hayatnya sekalipun. Itulah sebabnya tidak ada yang tahu kemana dan dimana Gajahmada menghabiskan sisa hidupnya setelah mengasingkan diri. Walaupun sempat kembali dipanggil untuk mengisi kembali jabatan Patih yang kosong ditinggalkannya, tetapi tidak ada cukup literatur dan bukti sejarah yang dapat menjelaskan, dimana Gajahmada meninggal, kemana dan apakah dia memiliki keturunan, sebagaimana misteriusnya asal usul Gajahmada. Ada yang mengatakan dia berasal dari Bali, ada juga yang mengatakan dia berasal dari Kalimantan. Tidak ada yang tahu pasti.

Satu yang patut kita catat dalam kehidupan Gajahmada. Dia berani mengesampingkan kepentingan pribadinya untuk kemajuan dan kejayaan negaranya Majapahit tercinta. Sebuah semangat yang patut kita tiru untuk dijadikan landasan dalam membangun negara kita tercinta Indonesia.

Terimakasih saya ucapkan kepada Langit Kresna Hariadi atas novelnya Pentalogi Gajahmada yang menjadi inspirasi saya dalam menulis cerita ini. Tetap berkarya Bung, kami tunggu karya-karya anda berikutnya. Terimakasih ...............

----------------- End of Inspirational Heroes – Gajahmada ------------

Posted on 4:01 PM by matrix_boy and filed under | 0 Comments »

0 comments:

elvis presley blue suede shoes color

Amazon Affiliates